Selasa, 27 Desember 2016

Arti Ukhuwah yang sesungguhnya


Lagi asyik mendengarkan lagu senandung ukhuwah oleh vocal grup Sigma pas ketemu artikel ini. Izin Sedikit bahas isi lagu ini ya..

Lagu ini menceritakan tentang persaudaraan yang dibentuk atas persamaan hobi, komunitas atau pun ruang lingkup pendidikan. Setelah itu mencoba mengenal satu sama lain, mencari  tau hobi masing-masing dan saat itu pula terjalinnya suatu persahabatan. Tapi persaudaraanya bukan hanya mengisi kekosongan dan canda tawa semata namun, ada yang lebih penting lagi. Mengingatkan satu sama lain, mengingatkan untuk selalu berbuat kebajikan dan menjauhi peebuatan yang dibenci-Nya.
Persaudaraan, pertemanan maupun persahabatan idealnya seperti yang ada di atas tadi. Tapi, apakah kita benar memaknai pertemanan tersebut dengan seideal mungkin? Pasti banyak di antara kita bahwa berteman hanya ingin senang-senang, tertawa riang, bahagia. Tidak salah memang, hanya saja kalu kita isi pertemanan itu dengan yang bermanfaat akan terasa lebih bermakna. Ironisnya banyak yang menyalahkan pertemanan tersebut sebagai ajang untuk mendongkrak nama baik. Contoh kecilnya seperti bangga kalau punya teman cantik/ganteng, kaya, populer plus hitz.

 “Bila ada orang yang menyayangi anda karena sesuatu, maka dia akan berpaling disaat sesuatu tersebut hilang dari anda”.

-Miftaah Ad Daar As Saadah-

Dalam hidup kita harus cerdas membedakan mana orang yang hadir sebagai saudara, sahabat, atau orang yang hanya numpang lewat. Apalagi hari ini, dimana kata ukhuwah (persaudaraan) tak lebih dari sekedar pelengkap majelis, selalu manis diujung lidah dan jauh dari praktek.

Hari ini… Ukhuwah hampir selalu identik dengan kepentingan bisnis, kesamaan hobi, kesamaan visi dalam berpartai atau berorganisasi, atau karena tujuan-tujuan lain yang sebenarnya jauh dari makna ukhuwah yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam 14 abad silam.

Beliau -shallallahu alaihi wasallam- pernah bersabda:

“Seorang muslim adalah saudara bagi sesama muslim lainnya. Tidak boleh menganiaya ataupun membiarkan dianiaya. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.Barang siapa melapangkan kesusahannya, maka Allah akan melapangkan kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aibnya, maka Allah akan menutupi aibnya dihari kiamat“ (HR. Bukhori)

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayangi dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam. (HR.Muslim)

Makna ukhuwah yang tersurat dalam sabda tersebut adalah makna ukhuwah yang murni, jauh dari tendensi pribadi atau kepentingan duniawi. Bahkan makna ukhuwah itu menembus segala batas-batas materi, pangkalnya menancap di bumi, namun ujungnya menjulang ke surga.

Kita harus bercermin kembali pada generasi awal yang hidup dalam tarbiyah nabawiyah, membaca kembali kisah keteladanan mereka, bukan untuk sekedar berbangga namun untuk meneladani, supaya kemusliman kita tampil dalam performa yang luhur.

Oleh Ust. Ustadz Aan Chandra Thalib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar