Sabtu, 24 Desember 2016

Jati Diri Manusia


Kewajiban manusia ialah menegnal Allah SWT dan mengenal siapa dirinya. Telah dijelaskan melalu firman Allah SWT dalam surat As Sajadah (32): 7-9 tentang penciptaan manusia.  Dalam ayat ini diraikan beberapa aspek dlam penciptaan manusia yang meliputi jiwa, hati, pikiran, panca indera dan tubuh. Kemudian ayat ini ditutup dengan kalimat “kamu sedikit sekali bersyukur.” Lalu apa maksud kalimat tersebut?
Coba buka Surat Lukman (31) ayat 12, “Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Liukman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah SWT. Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah SWT), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. Intinya bahwa syukur adalah kunci kesuksesan seseorang. Syukur berarti, menjaga, memelihara, dan memanfaatkan segala nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita untuk peningkatan kialitas hidup diri, keluarga, dan masyarakatnya dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Manusia juga tidak luput pada kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Namun, bukan hanya kebutuhan materialnya saja tapi disertai juga kebutuhan immaterial. Contohnya adalah zikir. Zikir dapat memenuhi kebutuhan immaterial. Seperri firman Allah SWT dalam surat Ar Ro’d (13): 28 yang berbunyi, “Ingatlah, hanya dengan berzikir kepada Allah SWT  hati menjadi terang!”
Seperti pada bulan Ramadhan banyak umat Muslim bangun pada sepertiga malam untuk melaksanakan Shalat malam. Setelah itu membaca Al-Quran secara tartil sekaligus memahami dan merenungkan isinya. Inilah cita-cita penggiat dan pencari ketenangan spiritual.
Allah SWT menciptakan malam untuk taqarrub kepada Allah SWT dalam keheningan dengan khusyu’. Pada malam hari ketika kebanyakan orang memilih untuk tidur nyenyak, insan pilihan terjaga berdoa penuh harap untuk memperoleh pertolongan dari Allah SWT.
Manusia bukan hanya tubuh dan jiwa. Manusia memiliki akal pikiran yang harus diasah melalui pendidikan yang memberdayakan. Kecerdasan akal dikembangkan dengan kegiatan belajar mengajar. Hal ini yang membedakan  manusia dengan makhlik lainnya. Secara filosofis, yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya ialah kemampuan berfikir dan mengembangkan  ilmu.
Allah SWT mengajarkan ilmu melalui alam yang terbentang luas. Manusia belajar dengan mengamati semua ciptaan Allah SWT. Kemudian, manusia melakukan beberapa penelitian dan mengkaji alam beserta isinya yang telah Allah sediakan.
Apakah orang yang cerdas dalam intelektual Akan dijamin sukses? Tidak! Karena orang yang sukses adalah orang yang tekun dan tahu diri, pandai mengendalikan diri, dan sanggup menjaga motivasi dan komitmen sehingga pantang menyerah. Tak hanya itu, Allah juga mengajarkan bahwa kemakmuran adalah milik orang-orang yang bersyukur, yang memiliki empati terhadap orang lain dan membangun persahabatan (rajin silaturahmi). Inilah inti dari kecerdasan emosi dan kecerdasan adversitas.
Menjadi pribadi yang cerdas, cakap dan berakhlak mulia memerlukan proses. Karena itulah kita senantuasa menjaga sholat dan tadarus Al-Qur’an, puasa dan amalan lainnya. Proses itu kita lakukan dengan sepenuh hati dan meminta pertolongan kepada Allah  SWT.

Daftar Pustaka: MPK Untirta. Lingkar Studi Kepemimpinan, Serang: Untirta Press, 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar