Sabtu, 24 Desember 2016

Mewaspadai Ekstrimisme: Keseimbangan di dalam Islam


Pembahasan tentang manusia tidak hanya fokus pada cetak biru manusia dalam perspektif agama. Misalnya, kita mengenakan pemikiran materialisme dan spiritualisme.  Sifat ekstrimisme hanya mementingkan salah satu dari roh dari jasad atau jiwa raga. Sehingga akan meninbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan.  Seperti dalam rangka menjaga tubuh yang sehat dan kuat, Islam melarang makanan tertentu.
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالأزْلامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لإثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Islam juga melarang minuman keras seperti Khamar yang membahayakan badan dan jiwa. Pernyataan ini terkandung dalam surat Al-Maidah ayat 90-91.


Berbeda dengan kaum ekstrimisme yang membolehkan apa saja sesuai selera mereka. Namun, Islam juga tidak sama dengan kaum vegetarian yang hanya makanan dari tumbuhan dan menolak daging. Paham vegetarian dapat dikenali akarnya dari agama Budha yang melarang umatnya untuk tidak makan daging secara mutlak. Agama Hindu melarang umatnya memakan sapi karena sapi dianggap suci bahkan derajatnya setingkat dengan tuhan.  Demikian juga dengan agama Kristen yang memerintahkan untuk berpuasa (menghindari) makan daging hewan dan apapun yang keluar darinya (telur, susu, keju) selama 40 hari sampai 90 hari setiap tahunnya.
Dalam konteks seksualitas, Islam menolak salibat (sikap membujang tanpa mencari dan memilih pasangan hidupnya). Contohnya, biksu, rahib atau pendeta, petapa. Di sisi lain juga mengancam perilaku seks bebas, hubungan tanpa nikah atau istilah umumnya adalah kumpul kebo dan pornografi. Ajaran Islam menggariskan jalan tengah dengan menciptakan “kimia syari’at”  untuk mengembalikan masing-masing sifat kepada keadaan seimbang, sehingga naluri seksual dan kesenanga  duniawi dapat dikembalikan lagi sesuai syari’at.
Dalam soal pengelolaan kekayaan kaum spiritualis lebih memilih anti dunia, berpuasa dan menghindari bisnis. Mereka memperoleh pendapatan dengan mengandalkan dari derma. Mereka percaya kepada tuhan dan hari kiamat . Hanya saja mereka tidak terlibat dalam urusan bisnis atau suatu pekerjaan.
Sebaliknya kaum matrealisme tenggelam  dalam kemewahan dan kesenangan dan diperbudakan oleh dunia. Mereka dijangkiti watak serakah, yakni keinginan subjektif yang tak terbatas, sehingga pertambahan pendapatan (dan kekayaan) tidak menambahkan kebahagiaan.
Dalam soal kekayaan, Islam mengajarkan bisnis sebagai sarana mewujudkan pemenuhan kebutuhan dan kemakmuran. Nabi Muhammad seorang pebisnis. Banyak sahabat-sahabat  Nabi yang sukses melalui cara bisnis. Dakwah Islam saat masuk ke nusantara dilakukanoleh pebisnis. Setiap diwajibkan untuk shalat setelah itu diperintahkan untuk menuebar ke seluruh penjuru bumi untuk bekerja dan berusaha. Di dalam Islam juga diajarkan untuk menhan diri dari sikap rakus terhadao dunia, yaitu Zuhud. Orang yang berzuhud senantiasa memelihara kepentingan umum dan lebih suka berbagi untuk kepentingan umum.

Daftar Pustaka: MPK Untirta. Lingkar Studi Kepemimpinan, Serang: Untirta Press, 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar